Senin, 16 Januari 2012

The Found Chapter



Bab Bukuku:The Hidden and the Found

Aku bagai hendak menjejak bumi
Melesat bagai anak panah
Terbang bagai burung
Bagaikan perawan ting ting yg sedang kasmaran
Ruang sempit tiba-tiba terisi angin yang menghembuskan energy besar
Memang aku masih terpaku
Tapi kepalaku sudah menjelajah jauh melampui yang kuduga

Entah kekuatan apa dan darimana
Dalam tiga hari ini aku membangkitkan lalu yang ternyata hanya setengah terkubur
Mestinya aku semakin cemburu
Tapi tidak, nggak mesti sekonyol itu
Aku ini adalah diri yang pantang tunduk kecuali pada Tuhan
Dia hanya secuil kisah yang bersembunyi dalam dokumen
Tanpa sengaja menjadi segment dalam bab bukuku

Memang berat menjadi diriku. Mengaku begitu kompromis, pemaaf, dan paling pengertian [emang bener juga sih], tapi aku sedikit bermain curang. Mencari informasi diam-diam mengandalkan media elektronik yang semakin canggih. Sekali ini aku benar-benar meyakini jargon “dunia itu sempit” atau yang lebih canggih lagi iklan salah satu merk produk di Indonesi “Life is never flat”. Curangnya, aku tahu sumber informasi yang sangat akurat, tp aku memilih tidak berpegang pada satu-satunya sumber informasi ini [termasuk actor kunci sebenarnya] dan juga dokumen unpublished yang pernah diberikan kepadaku 7 tahun silam. Mungkin karena dokumen itu unpublished dan cenderung subjektif serta belum pernah melewati proses sanggahan, aku juga berpikir akan sulit untuk diandalkan karena dipertanyakan tingkat keakuratannya dan sulit dipertanggung jawabkan secara alami dan ilmiah [ada lagi alami].

“Aku memang gila”, penggalan lagu Denada ini sangat cocok menggambarkan kondisi ketidakstabilan emosiku yang masih positif karena belum melewati track yang membahayakan. Tidak sampai membunuh nalarku. Tapi, tiga hari ini aku hanya menghabiskan waktu untuk memelototi blog 2 orang kawan – narasumber, sementara blogku sendiri sudah sekian lama tidak tergarap setelah melalui proses ‘rekonstruksi’ berkali-kali dengan informasi yang juga sangat tidak up to date [nah lo … gimana mau nulis yang alamiah dan ilmiah bisa dipertanggung jawabkan???]. Dibalik kegilaan ini, aku bersyukur. Aku berhasil mengolah ini menjadi energy besar untuk kembali berharap setelah melewati waktu sulitku ketika berhenti bekerja, yang seolah-olah otakku dan kepala sudah pension dan tak berguna lagi. Rutinitas menjadi Ibu Rumah Tangga yang manis [good mother lah] mengungkungku, dan aku sungguh bukan good housewife.  Tapi, aku masih percaya pengakuan hubby-ku, dia mencintaiku dengan adaku – malas memasak dan belanja sayur, tapi senang beres-beres dan menata rumah, malah cenderung perfeksionis dalam hal ini. Aku sendiri tidak menyukai orang yang perfeksionis.  

 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tekun itu pantang tertekan, belajar dari propagasi "Peace Lily"

Memahami sebuah proses apalagi menjalaninya memerlukan ketekunan dan kesabaran. Seringnya pada prosesnya, lagi-lagi berproses terkadang penu...