Jumat, 26 September 2014

Aku dan Kembang *Putat #Coretan Iseng tentang alamku


Sumber: gpswisataindonesia.blogspot.com
Putat adalah sebutan lokal di Kampungku (Desa Air Nyuruk, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat) untuk pohon yang tumbuh persis dipinggiran sungai, tangkai bunga/buah menjuntai panjang, terkadang menyentuh permukaan air, sehingga ikan bisa memakan bunga dan buahnya. Klaim nama Putat sebagai sebutan lokal di kampungku hanya karena itu yang kuingat dituturkan dari orang-orang tua di sana. Namun, aku juga menemukan sebutan atau istilah ini juga akrab di masyarakat Danau Sentarum (berdasarkan informasi di website Riak Bumi dan GPS Wisata Indonesia) dengan Bahasa Latin Baringtonia acutangula. Bunga Putat halus indah memerah. Dan, aku kecil seperti kumbang madu, senang memakannya dan merasakan manis-kelat. Ibu-ibu di kampungpun ada yang pernah memasaknya untuk campuran ikan dan bahkan menjadikannya seperti lalapan atau salad tak ubahnya seperti sayur segar. Aku dan kakakku bersama dengan kawan-kawan di masa SD berlomba mengumpulkan sebanyak-banyaknya dan sering juga menjadikan asesoris seperti perhiasan ketika bermain yang kami sebut "belangun" (pretending atau main pura-pura atau role-play, termasuk main masak-masakan).

https://lh3.googleusercontent.com/_7Kbozd9aR0Q/TZXZhvtXsXI/AAAAAAAAAD0/usxQ7PvGRSo/DSC_3664.jpg
Sumber: http://nationalgeographic.co.id
Di danau Sentarum, bunga pohon ini adalah pakan lebah dan pohonnya tempat mereka bersarang. AKu ingat, di musim Putat berbunga, rasa madu akan dipengaruhi oleh rasa bunga Putat, kelat (rada pahit). Berharap suatu saat bisa mendapati pohon ini sedang berbunga dan mengabadikannya dalam gambar. Aku punya harapan yang sama dengan pohon 'Ntangis atau Mentagis (Ixora mentangis), jenis pohon yang selalu berdampingan dengan Putat dan akrab sekali karena memang mereka tinggal di habitat yang sama.  Flora ini juga kerap aku dan kawan-kawan kecilku konsumsi disela-sela mengumpulkan bunga Putat. Melampui sekedar mengabadikan mereka pada potongan gambar,mungkin berakhir pada rangkaian cerita sedikit panjang untuk kurcaci G, P dan A. Mereka bisa memasukan "Capture Putat and Mentangis" ke dalam Proyek Camping di Kampung yang masih dalam perencanaan.

Sebelumnya, hanya ini yang kupunya, hanya coretan, tak hendak bersyair bak pujangga. Aku hanya mengenang lalu dan hanya rindu.



AKU DAN KEMBANG PUTAT

Aku, hatiku
Masih cinta dengan bau bumi basah
Melebur
Pada tiap keraknya yang berlumpur kala hujan
Memaksa menahan geli pada saraf kaki yang telanjang

Rindu
Pada tiap juntai kembang Putat berjejer di tepian sungai
Pada deru speed boat
Yang bisa mendadak bagai berkuda di atas air
Melaju bersama riak gelombang

Datang dan pergi
Pergi dan pulang
Rindu kampung
beraroma khas uap nasi sore hari
Rindu kepulan asap tanakan nasi di perapian dapur

Pontianak, 2 September 2014



2 komentar:

  1. Terima kasih Informasinya. Saya sungguh perlu biji putat itu untuk ditanam. Apakah Iwi boleh Kirim ?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya belum pernah dapat info ataupun mengetahui jika ada yang pernah atau bisa membudidayakan, bahkan jika tanaman ini bisa dibudidayakan sekalipun(misal dengan menanam biji ataupun anakannya).

      Hapus

Tekun itu pantang tertekan, belajar dari propagasi "Peace Lily"

Memahami sebuah proses apalagi menjalaninya memerlukan ketekunan dan kesabaran. Seringnya pada prosesnya, lagi-lagi berproses terkadang penu...