Senin, 29 September 2014

Happy Birthday Princess Pravda

Pravda, 5 tahun


Gadis kecilku berultah yang keenam dan merupakan ultahnya yang pertama kali di Sekolah Dasar. Setiap peristiwa penting seperti hari kelahiran anak-anak seperti memutar kembali masa-masa mengandung-melahirkan-menyusui-memberi makan dan seterusnya sampai melepas mereka ke komunitas sekolah untuk yang pertama kalinya. Kali ini, aku ingin menggambarkan secara khususnya pengalaman pertama kali mengirimkan gadis kecilku ke komunitas kelompok bermain (play group) atau first day schoolnya. Lekat di ingatan tentang bagaimana aku dan Daddy menggambarkan pribadi P yang kontras dengan abangnya G. P anak yang pemalu, tak gampang akrab dengan orang baru, tidak banyak bicara, anak rumahan, dan tidak gampang diajak bernegosiasi. 

Gambaran itu membuat kami sering berasumsi akan sulit ketika harus melepasnya ke sekolah. Ada banyak kemungkinan semisal: dia tidak akan mau jauh dari kami, dia tidak akan betah di sekolah karena seringkali mencari-cari: “Ibunya mana...Bapaknya mana... Mau Ibu....Mau Bapak....”, dia mungkin menangis di mobil antar jemput, tidak akan banyak teman, tidak akan mau menjawab pertanyaan gurunya, dsb. Tentu saja itu semua bentuk “sok tau” kami sebagai orang tua yang sebetulnya juga rasa khawatir yang berlebih. 

Namun hal yang kontras ia perlihatkan kepada kami. Suatu hari kami membelikannya tas dan mengingatkan dia bahwa tas itu dipersiapkan untuk nanti ketika dia sudah siap ke sekolah. Dia senang sekali dengan tas bertema Princess. Keesokan harinya, ketika G hendak sekolah dan mobil jemputan tiba, P pun yang baru saja habis berpakaian setelah mandi tiba-tiba merangsek masuk ke mobil dengan membawa tasnya. Kamipun kaget begitu juga bu guru yang menjemput. Kami tidak tega melarangnya dengan memintanya turun, begitu juga bu gurunya. Sehingga, jadilah dia dibiarkan ikut ke sekolah. Dan, sejak hari itu, meskipun belum tahun ajaran baru, kami membiarkan saja ia ikut proses bermain-belajar di sekolah G, TK Sola Gratia. Dan, sejak hari pertama ia merangsek ke mobil, sampai ia benar-benar kami masukan/daftarkan sebagai murid dari play group sampai ke TK A, ia sangat menikmati hari-hari sekolahnya dan tentu saja sampai ia kami tamatkan dari TK. 

Semestinya, P masih belum tamat TK. Semestinya ia masuk kelas B. Namun, kami terpaksa menamatkan dia karena sekolahnya tidak lagi menyediakan layanan antar-jemput dan akan pindah ke wilayah Pontianak Timur (lebih jauh dari sebelumnya). Sementara, iapun tidak mau kami pindahkan ke sekolah lain yang lebih dekat. Kamipun tidak merekomendasikan ke sekolah lain karena metode pendidikan TK di sekolah lain kami anggap memberi porsi yang sangat sedikit untuk bermain, dan lebih fokus pada pelajaran.
Sekali lagi, P kecilku membuat keputusan yang mengejutkan, dia minta dimasukan ke SD. Padahal, ia belum genap berusia 6 tahun, tentu akan menjadi kesulitan karena di sekolah negeri mensyaratkan umur minimal 7 tahun. Kami juga berpikir bahwa dia tidak akan siap dengan metode belajar di SD, karena memang ia belum dipersiapkan untuk itu, mengingatkan di kelas akhirnya, kelas TK A, ia baru belajar mengenal huruf dan sedikit mengeja dan belum membaca. Beruntungnya, salah satu sekolah negeri, masih bisa menampung P dengan keterbatasannya yang baru bisa menulis dan membaca kata yang sangat singkat dan dengan huruf genap saja. Jadilah ia masuk sekolah di SDN dekat  rumah, satu sekolah dengan G.

Dengan bersekolahnya P di SD, aku juga menghadapi ritme baru, mulai dari menyiapkan hal tekhnis sampai ke menghadapi dinamika harus mengajarinya membaca-menulis-berhitung, hal yang tidak kualami di masa G, karena G memang betul-betul sudah siap ketika masuk SD, dan iapun menghabiskan waktu di Play Group dan TK dengan sangat intens selama 4 tahun tidak seperti P yang hanya dua tahun (satu tahun di Play Group dan satu tahun di TKA). G pun memiliki karakteristik yang sangat senang belajar: membaca dan menemukan hal-hal/informasi baru, yang membuat ia jadi juara satu di kelasnya. P memiliki tipe yang agak berbeda, ia anak yang sangat cerdas dalam bergerak dan bermain peran, memiliki imaginasi yang tajam, bisa dikatakan tipe yang “artist”. Tapi, ini bukanlah kesimpulan dari karakter mereka. Kami setiap hari “mempelajari “ mereka dengan belajar bersama mereka.

Di ultah P yang keenam, aku berjanji membuatkannya tumpeng dan masak sendiri untuknya. Dan itu terjadi, dia sangat senang, ditambah lagi kehadiran anggota keluarga lain dan juga teman-teman dekat rumah. Satu hal lagi yang menyenangkannya karena G bersedia memimpin doa dalam acara ultahnya.
Selamat ultah gadisku, bertumbuhlah jiwa dan ragamu dengan semangat cinta dan kasih yang berkecukupan setiap harinya dariku. Aku mencintainya sejak pertama kali kau menjadi hanya titik pada rahimku sampai kau dapat kudekap dan akhirnya akan kulepas dengan segala inginmu. I love you...Ingatlah blessing yang ada dinamamu, Pravda (Bahasa Rusia) yang artinya the truth - belajar dan berusahalah terus di jalan kebenaran.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tekun itu pantang tertekan, belajar dari propagasi "Peace Lily"

Memahami sebuah proses apalagi menjalaninya memerlukan ketekunan dan kesabaran. Seringnya pada prosesnya, lagi-lagi berproses terkadang penu...