Pravda, 5 tahun |
Gadis kecilku berultah
yang keenam dan merupakan ultahnya yang pertama kali di Sekolah Dasar. Setiap
peristiwa penting seperti hari kelahiran anak-anak seperti memutar kembali
masa-masa mengandung-melahirkan-menyusui-memberi makan dan seterusnya sampai melepas
mereka ke komunitas sekolah untuk yang pertama kalinya. Kali ini, aku ingin
menggambarkan secara khususnya pengalaman pertama kali mengirimkan gadis
kecilku ke komunitas kelompok bermain (play group) atau first day schoolnya.
Lekat di ingatan tentang bagaimana aku dan Daddy menggambarkan pribadi P yang
kontras dengan abangnya G. P anak yang pemalu, tak gampang akrab dengan orang
baru, tidak banyak bicara, anak rumahan, dan tidak gampang diajak bernegosiasi.
Gambaran itu membuat kami
sering berasumsi akan sulit ketika harus melepasnya ke sekolah. Ada banyak
kemungkinan semisal: dia tidak akan mau jauh dari kami, dia tidak akan betah di
sekolah karena seringkali mencari-cari: “Ibunya mana...Bapaknya mana... Mau
Ibu....Mau Bapak....”, dia mungkin menangis di mobil antar jemput, tidak akan
banyak teman, tidak akan mau menjawab pertanyaan gurunya, dsb. Tentu saja itu
semua bentuk “sok tau” kami sebagai orang tua yang sebetulnya juga rasa
khawatir yang berlebih.
Namun hal yang kontras ia
perlihatkan kepada kami. Suatu hari kami membelikannya tas dan mengingatkan dia
bahwa tas itu dipersiapkan untuk nanti ketika dia sudah siap ke sekolah. Dia senang
sekali dengan tas bertema Princess. Keesokan harinya, ketika G hendak sekolah
dan mobil jemputan tiba, P pun yang baru saja habis berpakaian setelah mandi tiba-tiba
merangsek masuk ke mobil dengan membawa tasnya. Kamipun kaget begitu juga bu
guru yang menjemput. Kami tidak tega melarangnya dengan memintanya turun,
begitu juga bu gurunya. Sehingga, jadilah dia dibiarkan ikut ke sekolah. Dan,
sejak hari itu, meskipun belum tahun ajaran baru, kami membiarkan saja ia ikut
proses bermain-belajar di sekolah G, TK Sola Gratia. Dan, sejak hari pertama ia
merangsek ke mobil, sampai ia benar-benar kami masukan/daftarkan sebagai murid
dari play group sampai ke TK A, ia sangat menikmati hari-hari sekolahnya dan
tentu saja sampai ia kami tamatkan dari TK.
Semestinya, P masih belum
tamat TK. Semestinya ia masuk kelas B. Namun, kami terpaksa menamatkan dia
karena sekolahnya tidak lagi menyediakan layanan antar-jemput dan akan pindah
ke wilayah Pontianak Timur (lebih jauh dari sebelumnya). Sementara, iapun tidak
mau kami pindahkan ke sekolah lain yang lebih dekat. Kamipun tidak
merekomendasikan ke sekolah lain karena metode pendidikan TK di sekolah lain
kami anggap memberi porsi yang sangat sedikit untuk bermain, dan lebih fokus
pada pelajaran.
Sekali lagi, P kecilku
membuat keputusan yang mengejutkan, dia minta dimasukan ke SD. Padahal, ia
belum genap berusia 6 tahun, tentu akan menjadi kesulitan karena di sekolah
negeri mensyaratkan umur minimal 7 tahun. Kami juga berpikir bahwa dia tidak
akan siap dengan metode belajar di SD, karena memang ia belum dipersiapkan
untuk itu, mengingatkan di kelas akhirnya, kelas TK A, ia baru belajar mengenal
huruf dan sedikit mengeja dan belum membaca. Beruntungnya, salah satu sekolah
negeri, masih bisa menampung P dengan keterbatasannya yang baru bisa menulis
dan membaca kata yang sangat singkat dan dengan huruf genap saja. Jadilah ia
masuk sekolah di SDN dekat rumah, satu
sekolah dengan G.
Dengan bersekolahnya P di
SD, aku juga menghadapi ritme baru, mulai dari menyiapkan hal tekhnis sampai ke
menghadapi dinamika harus mengajarinya membaca-menulis-berhitung, hal yang
tidak kualami di masa G, karena G memang betul-betul sudah siap ketika masuk
SD, dan iapun menghabiskan waktu di Play Group dan TK dengan sangat intens
selama 4 tahun tidak seperti P yang hanya dua tahun (satu tahun di Play Group
dan satu tahun di TKA). G pun memiliki karakteristik yang sangat senang belajar:
membaca dan menemukan hal-hal/informasi baru, yang membuat ia jadi juara satu
di kelasnya. P memiliki tipe yang agak berbeda, ia anak yang sangat cerdas
dalam bergerak dan bermain peran, memiliki imaginasi yang tajam, bisa dikatakan
tipe yang “artist”. Tapi, ini bukanlah kesimpulan dari karakter mereka. Kami
setiap hari “mempelajari “ mereka dengan belajar bersama mereka.
Di ultah P yang keenam,
aku berjanji membuatkannya tumpeng dan masak sendiri untuknya. Dan itu terjadi,
dia sangat senang, ditambah lagi kehadiran anggota keluarga lain dan juga
teman-teman dekat rumah. Satu hal lagi yang menyenangkannya karena G bersedia
memimpin doa dalam acara ultahnya.
Selamat ultah gadisku,
bertumbuhlah jiwa dan ragamu dengan semangat cinta dan kasih yang berkecukupan
setiap harinya dariku. Aku mencintainya sejak pertama kali kau menjadi hanya
titik pada rahimku sampai kau dapat kudekap dan akhirnya akan kulepas dengan
segala inginmu. I love you...Ingatlah blessing yang ada dinamamu, Pravda (Bahasa Rusia) yang artinya the truth - belajar dan berusahalah terus di jalan kebenaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar