Minggu, 27 April 2014

Kataku tentang "Divergent" #1 Filmku


Akhirnya, berhasil juga minta "offwork" dulu dari on cam untuk Sabtu ini agar bisa berkencan dengan laptop dan bermain keypad untuk menuliskan yang hampir terabaikan padahal "kuingin-nya" sudah lama sekali. Ini tentang film Divergent. Film dari sebuah Novel karya Veronika Roth dan disutradarai Neil Burger ini ditayangkan pada 21 Maret 2014. 

Tris dan Four
Tulisanku ini telat karena pertama film ini sudah menjadi perbincangan banyak orang dengan label bagus, terbukti beberapa kawan membenarkan itu ketika saya iseng posting judul film ini di status salah satu media sosial. Saya tidak hendak menganalisa atau meresensi film ini tetapi lebih kepada pendapat umum saja.Divergent buat saya seakan-akan salah satu sekuel dari Hunger Games salah satu fiksi ilmiah futuristik juga yang pernah saya tonton. Bercerita tentang manusia masa depan. Setidaknya awal kedua film ini memiliki kesamaan, dimulai dengan kecemasan keluarga. Orangtua cemas karena harus melepas anak-anak mereka, sedangkan anak-anak dipaksa untuk siap tanpa syarat mengikuti mekanisme permainan canggih melibatkan 12 district untuk hunger games dan mekanisme pengelompokan/faksi berdasarkan karakter untuk Divergent. Bedanya, dalam Hunger Games, anak-anak ini ditentukan melalui sistem undian dan tidak kenal umur. Yang terundi harus terlibat dalam sebuah permainan yang melibatkan banyak sponsor dan permainan ini didesain dengan sangat canggih yang mengharuskan pesertanya masuk ke dalam dunia virtual yang diciptakan dan diprogram khusus untuk bertarung (saling membunuh) untuk bertahan hidup dan menjadi pemenang.

Divergent menggambarkan kecemasan setiap orangtua yang harus melepaskan anak mereka yang beranjak dewasa untuk memilih dan melalui proses training dan tes untuk masuk ke dalam kelompok atau faksi yang terdiri dari Candor (jujur), Erudite (Genius), Amity (cinta damai), Dauntless (pemberani dan tak kenal rasa takut), dan Abnegation (suka menolong tanpa pamrih). Kedua film ini juga mengambil setting masa depan di Kota di Amerika (Divergent di Kota Chicago (masa perang) dan Hunger GAmes di North Carolina). 

Balik ke fokus saya kali ini, Divergent. Penentuan faksi mengharuskan setiap individu memahami dan menjalankan prinsip faksi diatas keluarga - kepentingan faksi mendahului atau lebih penting dari keluarga (faction before blood). Bagi saya, sinematografi dan alur dari film ini biasa saja (untuk tahu lebih detail, cari saja sinopsisnya dan tontotn filmnya ya ...). Yang menarik bagiku, film ini merefleksikan bagaimana hidup masa kini memang dikelompokkan (diklasifikasikan) berdasarkan banyak hal misalnya rentang pengeluaran secara kuantitatif dan akses terhadap layanan sosial dasar (kesehatan dan pendidikan) secara kualitatif . Ini memunculkan adanya kelas-kelas serupa faksi dalam film ini dengan nama kelas bawah, kelas menengah (terdiri dari kelas menengah ke atas dan menengah ke bawah), dan kelas atas. Film ini merefleksikan kehidupan masa kini dengan memperlihatkan bagaimana masing-masing kelas dan faksi saling bertahan hidup dengan ideologinya demi yang mereka anggap baik untuk kehidupan manusia. Yang paling ditonjolkan dalam film ini adalah bagaimana orang dari faksi yang dianggap lemah (abnegation) memilih masuk ke dalam faksi kuat (dauntless) dan menghadapi berbagai dinamika dan ideologi baru yang jauh berbeda dan cenderung bertolak belakang. Faksi Dauntless dominan disorot karena mereka kuat dan bertanggung jawab penuh atas keamanan dan pertahanan, dan seperti itulah masa kini diwarnai dengan industri media yang memungkinkan  kelompok-kelompok kuat mampu menguasai pertarungan/peperangan ideologi politik, ekonomi, sosial, hukum dan budaya sesuai dengan yang mereka inginkan bahkan penggunaan kekuatan lain di luar mereka untuk mendukung apa yang mereka anggap benar atas nama keberlangsungan hidup banyak orang. Ini yang saya sebut irisan pada setiap kelompok atau faksi. Irisan antara faksi dauntless dengan faksi erudite (dipimpin oleh Jeanie yang diperankan oleh Kate Winslate - kali pertama aku melihat KW "tua" dan berperan antagonis, jauh dari perannya sebagai Ros di Titanic)  diperlihatkan dalam film ini, dimana erudite (para pemikir, peneliti dna ilmuwan) membantu membuat senjata kimia untuk dauntless yang tujuannya untuk membasmi kelompok lemah yakni amity, abnegation, Candor yang dianggap hanya membebani dan harus dimusnahkan. 

Shailenen Woodley, berperan sebagai Beatrice atau Tris telah berhasil menggiring penonton memberi label padanya sebagai orang baik-baik (atau orang lemah dari versi faksi kuat, Dauntless - yang menyebabkan ia juga dikenal dengan the Stiff atau si lemah). Air muka ataupun make up Shaileen juga mendukung ekspresinya sebagai orang yang lugu, namun tidak begitu dengan keinginan, harapan dan keyakinannya. Di dalam dirinya dia merasakan dirinya merasa dirinya lebih dari sekadar bagian dari Faksi Abnegation tetapi memiliki masing-masing unsur atau karakter masing-masing kelas tanpa ada yang terus terlalu mendominasinya). 

 Menariknya secara kebetulan aku melihat film ini seperti yang kukatakan diawal seolah-olah sekuel lain hunger games, ternyata memang ada "irisan" antara kedua film ini, misalnya keputusan Shailene Woodley menjadi pemeran utama Tris ternyata melalui proses panjang dimana J-Law (Jenifer Lawrence), si pemeran Katnis Everdeen di Hunger Games ini dimintai oleh produser untuk meyakinkan Shailene untuk mau dan mampu bermain sebagai seorang gadis muda petarung di tengah kepentingan politik faksi. Keduanya sama memiliki beban bermain sebagai gadis lugu. Perbedaannya, di awal Hunger Games, emosi Katnis Everdeen sudah menunjukan ada jiwa pemberontak dan petarung karena ia juga seorang pemanah binatang yang ulung di Desanya. Sedangkan Tris, cenderung datar secara emosional dalam waktu yang cukup lama dari ketika pemilihan faksi sampai pada proses training, meski sesekali ia menunjukan pemberontakannya ketika melihat perlakuan tidak adil terhadap rekannya. Emosinya sebagai pemberontak semakin terlihat ketika dia mengetahui dia tidak sendirian sebagai Divergent ada Four - salah seorang trainer yang sama dengannya (tetapi berhasil menutupi "kelainan" itu, karena jika diketahui artinya harus 'dimatikan'), dan juga Ibunya, yang ternyata secara diam-diam sudah mengatur pemberontakan besar-besaran bersama dengan ayahnya dan beberapa orang lainnya. Emosinya terlihat memuncak ketika Si Ibunya tewas tertembak dalam aksi pemberontakan yang mereka lakukan bersama-sama melawan para Dauntless termasuk para pendatang yang sudah dilatih, yang disuntikan serum kimia hasil racikan Faksi Erudite sehingga membuat mereka kehilangan kesadaran dan fokus pada menjalankan perintah yang sudah diprogram melalui alat hanya untuk membunuh siapa saja dari faksi lemah untuk dibunuh yakni faksi abnegation dan amity. 


Tapi baiklah, saya tidak akan terjebak bercerita soal film ini panjang lebar, karena ini bukan resensi tapi "kataku". Secara keseluruhan,  film ini dominan menampilkan dinamika sulitnya menjadi Dauntless yang dihadapi seorang anak dari keluarga Abnegation yang secara karakter dia memiliki kelimanya, tidak satu yang paling dominan. Faksi yang kuat dan berani (dauntless) bertahan hidup atas nama menjaga perdamaian dan keberlangsungan semua faksi di muka bumi untuk hidup harmony.Ditunjukan bagaimana faksi ini beririsan atau bahasa keren di tahun politik ini, berkoalisi dengan faksi kuat lain yakni erudite (para pemikir, pencipta dan penemu) untuk bersama-sama menghancurkan kelas bawah atau faksi lemah yakni para pekerja (amity) dan para pelayan yang "murah hati" (abnegation), dan orang-orang yang jujur (CAndor) - termasuk di dalamnya adalah orang-orang yang dibuang dari faksi kuat karena tidak manut atau dianggap tidak cocok masuk ke faksi mereka, yang dianggap tidak berguna dan hanya membebani. Dinamika ini persis sama dengan bagaimana kelas penguasa bicara dan bertindak atas nama kesejahteraan, kemanusiaan, dan keadilan dengan menghancurkan rasa kemanusiaan dan keadilan itu sendiri dan manusia lainnya yang dianggap beban dan menghalangi kekalnya kekuasaan. Kelompok kecil (seperti buruh dan petani) terus menerus dipaksa bekerja dan berproduksi untuk menopang hidup kelas atas. Akhir cerita ini gampang ditebak, kecanggihan tekhnologi dan kepintaran dan keberanian yang berfondasi pada keserakahan tetap akan dikalahkan oleh sifat natural manusiawi manusia dengan semangat "mencintai". 

Divergent

Pemain: Shailene Woodley, Theo James, Zoe Kravitz, Ansel Elgort, Maggie Q, Jai Courtney, Miles Teller, Kate Winslet  
Sinopsis bisa dilihat di http://divergent.wikia.com/wiki/Divergent_%28film%29

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tekun itu pantang tertekan, belajar dari propagasi "Peace Lily"

Memahami sebuah proses apalagi menjalaninya memerlukan ketekunan dan kesabaran. Seringnya pada prosesnya, lagi-lagi berproses terkadang penu...