Jumat, 16 Maret 2012

Ultra Kanan???

lagi hit kata2 TOLAK sekarang. Saya menolak KEKERASAN dalam bentuk apapun dan oleh siapapun atas nama etnis, agama, dan kelompok manapun. Saya juga menolak berteman dengan FBkers yang suka posting status RASIS karena saya cinta damai. Mari ciptakan Kalbar yang damai dengan cerdas tanpa mau diprovokasi. PEACE ...
(Status FB-ku, Kamis 15 Maret 2012)
Sudah lama skali aku tidak menjawab pertanyaan "Whta's on your mind?" di dinding FB-ku. "Mau tau aja yang kupikirkan", Paling acungan jempol dan komentar yang kalau diladeni bisa saja 24 jam sehari tidak cukup. Terkadang memang hanya sekedar ada comment, terkadang ada  juga yang serius (banget). Kali ini aku tergoda memasang status karena aku sedang khawatir dengan kondisi akhir-akhir ini di Pontianak, dan puncaknya tiga hari terakhir ini dimana terjadi aksi bentrok antara massa FPI dan warga Dayak. Postingan di wall FB kebanyakan teman juga rada rasis, provokatif dan menambah masalah. Muncullah postinganku di atas. 
Ya, memang FB tidak bisa menjadi indikator tetapi dalam beberapa peristiwa penting (celakanya) aku tahu dari FB, mulai dari postingan link berita dari kawan, status panjang ataupun pendek sampai pada tag foto-foto. Setidaknya, ada 3 peristiwa penting dan menggemparkan rasa etnisitas, atau ke-Dayakan, pertama adalah ketika protes warga Dayak atas statement Pak Thamrin Amal Tomagola terkait kesaksiannya sebagai sasksi ahli di persidangan kasus Ariel (Peter Pan). Pembeberan fakta penelitian beliau (tak perlu kusampaikan di sini) memicu kemarahan orang Dayak, meskipun itu adalah temuan penelitian yang bisa dipertanggungjawabkan keabsahannya serta kreatifitas intelektual seorang Profesor Sosiologi. Kedua adalah penolakan warga Dayak Kalteng atas FPI di Kalteng yang mengakibatkan gagal mendaratnya pesawat yang ditumpangi oleh beberapa pengurus FPI di airport Tjilik Riwut, kemudian harus kembali ke Jakarta. Aksi ini memicu aksi-aksi lain di berbagai tempat dengan tema sama, penolakan FPI mulai dari Jakarta sampai daerah (tetapi tidak di Pontianak). Ketiga adalah peristiwa dalam 3 hari terakhir ini yang sebetulnya sudah terlihat potensi manifestnya dari Minggu lalu, ketika aku membaca tautan berita seorang teman FB terkait pertemuan Ketua Dewan Adat Dayak Kalbar, degan FPI (tidak perlu juga kujelaskan di sini apa yang dibahsa dalam pertemuan itu). Ini menimbulkan protes kalangan tertentu, merasa DAD mengkhianati Dayak dengan bersekutu dengan FPI yang kerap anarkis dan memilih jalan kekerasan dalam penyelesaian persoalan (meskipun tindakan seperti ini tidak hanya dilakukan FPI, masih banyak kelompok funudamentalis lainnya atas nama etnis yang kerap berlaku sama, memilih jalan kekerasan). 
Sore tadi mestinya kami pergi ke rumah Om di Sungai Raya untuk acara keluarga, tapi urung karena hubbyku terjebak aksi karena ada pemblokiran jalan menuju rumah. Jalan air menggunakan Ferry itulah yang dipilih tetapi harus terjebak lagi oleh antrian panjang lonjakan penumpang ferry. Sudah sangat sore bari my hubby tidab di rumah. Sopir mobil yang harusnya kami tumpangi ke rumah ompun tidak bisa menembus blokiran dan juga tidak berani karena ia seorang Tiong Hoa, salah satu kelompok etnis yang juga pernah bentrok denggan FPI saat perayaan imlek 2 tahun lalu. Aku sendiri tidak yakin kami bisa menembus blokiran jalan dan bisa pulang kembali ke rumah dengan lancar jika niat pergi ke rumah om diteruskan. betul saja, karena situasi ternyata semakin memanas, meskipun diberitakan telah terjadi pertemuan antara wakil kedua belah pihak pada Rabu Malam, 14 Maret 2012. Unggahan video youtube terakhir dari seorang teman menunjukan situasi memanas sementara waktu jam 22.10 (kamis, 15 Maret 2012), membuat Polisi meluncurkan peluru panas ke langit sebagai peringatan. Beberapa info lain menjelaskan masih ada konsentrasi massa setidaknya di  2 tempat, Jalan Veteran dan Tanjung Raya (sebelumnya konsentrasi di Jalan A. Yani, Veteran, dan juga Soetoyo - Rumah Panjang). 
Aku teringat beberapa waktu lalu ketika aksi di kalteng, aku belajar tentang kelompok ultra-kanan. Menurut my hubby, inilah yang disebut dengan kebangkitan ultra-kanan. Bangkitnya kaum fundamentalis-radikal, unjuk kekuatan mengatasnamakan kepentingan - kemaslatan yang tidak jelas. Hari ini aku kembali mencari tautan terkait sampai aku menemukan berita di Republikaonline tentang ultra-kanan ini. Aku tertarik untuk meng-share-nya di FBku, untuk meningatkan kebanyakan orang yang menurutku memang sedang mengikut perasaan, tidak lagi berpikir cerdas dan logis melihat situasi, cenderung provokatif. Setidaknya, dalam situasi yang memanas seperti ini, sedikit orang bisa berpikir tidak sekedar hitam-putih saja. Kembali ke tautan itu, aku mengambil statemen Matthew Collins, seorang aktivis anti fasis Inggris, Mantan Relawan Neo-Nazi dan pernah berada di inti lingkaran grup ultra-kanan di Inggris: "Itu benar-benar kebencian murni. Saya mulai melihat itu sebagai upaya menghancurkan hidup orang lain. Kekerasan hanya satu-satunya cara yang mereka gunakan untuk perubahan," (http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/11/08/10/lpp8nh)
Menurutku, statement ini cocok menggambarkan situasi saat ini. Ini yang disebut dengan istilah my hubby, "kebangkitan ultra-kanan". Aku masih saja mencoba untuk beranalogi dengan orang-orang sepertiku yang hanya bisa ngomong 'damai' via status FB, kemudian mendapat dukungan dari para jempolers dan komentators. Analogi yang disertai daras syukur pada Tuhanku, ternyata masih ada sedikit orang berpikir sama (jikalau lah mereka jujur), membawa visi dan misi 'perdamaian'. HIngga, tak terbendung jua, aku menuliskan dikomentarku untuk para jempolers dan komentators, seperti ini:
"Terima Kasih Tuhan, setidaknya Kalbar masih punya 17 (bahkan 20) orang jempolers dan komentator yg saya anggap memiliki visi sama 'cinta damai', dan saya percaya lebih banyak lagi orang2 di antara saya dan mereka-mereka ini, hanya saja bagai sebutir jarum diantara tumpukan jerami kering, sulit terlihat bahkan tersentuh, di kelilingi oleh kobaran api di sekelilingnya...".
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tekun itu pantang tertekan, belajar dari propagasi "Peace Lily"

Memahami sebuah proses apalagi menjalaninya memerlukan ketekunan dan kesabaran. Seringnya pada prosesnya, lagi-lagi berproses terkadang penu...