Selasa, 21 Februari 2017

Oleh-oleh Danau Sentarum Kapuas River Cruise Adventure 2017

To be noticed ya, saya bukanlah fotografer professional. Foto-foto ini semuanya saya ambil tanpa beban teori-teori fotografi yang baik dan benar. Hanya suka-suka dan tujuannya pun untuk berbagi informasi. Sayang sekali melewatkan beberapa hal yang bisa jadi unil bagi orang tertentu. Semua foto saya abadikan dengan Kamera Canon EOS 60D, lensa makro 100mm (saya salah bawa lensa, kaena terburu-buru, baru nyadar setelah mau dipake take landscape), dengan format RAW baru kemudian saya lakukan editing minimalis dengan hasil akhir dalam format Jpg. Meskipun saya bukan fotografer professional, tapi saya seorang pembelajar, jadi komentar dan masukan sangat diterima. Boleh saja menggunakan foto-foto ini tentu dengan mencantumkan sumbernya atau credit photonya. Foto-foto ini juga bisa dilihat di Instagram saya @ruaimana.


Lemang/Pulut Pansuh
Lemang atau Pulut Pansuh dalam bahasa Ibuku terbuat dari beras ketan yang dimasak dengan bambu jenis tertentu dengan ditambahkan santan kelapa kemudian dipanggang dia api. Di kampung, ini menjadi sajian wajib pesta atau gawai. Di Kota Pontianak, ini banyak dijumpai saat puasa Ramadhan menjadi Ta'jil berbuka. Sajian di foto ini aku jumpai di Rumah Panjang Sumpak Sengkuang, persinggahan pertama sebelum kami memulai "Danau Sentarum Kapuas River Cruise Adventure 2017" bersama dengan 60 wisatawan dari Malaysia dan Brunei yang ditandai dengan acara pelepasan rombongan oleh Bupati Kapuas Hulu, AM. Nasir, SH. Petualangan menyusuri Danau Sentarum dan Sungai Kapuas menggunakan motor Bandong berkapasitas 10 ton ini diorganisir oleh Komunitas Pecinta Alam dan Budaya Kapuas Hulu. Kesempatan ini digunakan olej RuaiTV untuk memproduksi Galeri Khatulistiwa Spesial, berdurasi 30 menit yang tayang setiap Rabu malam pukul 19.30 - 20.00 WIB, dan ditayangkan dalam empay episode.


Lepat Singkong/Lulun Bandung
Lepat Singkong, ya itu, singkong diparut, dilumuri kelapa parut dan gula merah lalu dibungkus daun pisang dan dikukus. Jadi deh. Panganan ini sering tidak susah dijumpai. Kalau aku, seringnya membeli di Ace Kue penjual kue keliling langganan saya sejak belasan tahun lalu.







Amplang
Amplang atau kerupuk ikan. Pertama kalinya, aku tahu bahwa ini makanan khas Ketapang. Tapi, ini bisa dijumpai di banyak tempat utamanya daerah penghasil ikan sungai. Selain di Kalimantan Barat (utamanya di Kapuas Hulu dan Ketapang), ini juga bisa dijumpai di beberapa tempat di Kalimantan Tengah, seperti di Kota Palangkaraya.







The Unknown - menyerupai rambutan kecil
Buah apakah ini?. Bahkan saya sendiri tidak tahu. Mungkin bahkan yang menanamnya sekalipun tidak tahu. AKu menemukannya saat tergesa-gesa setelah melihat-lihat koleksian tenun ikat dan produk kerajinan lainnya di Gallery Kobus Centre Sintang. Buah ini berasal dari tanaman merambat yang menjalar di tangga naik pada jalan masuk menuju galeri. Sepertinya, seperti ini tidak bisa dikonsumi karena aku melihat begitu banyak buah utuh, padahal tidak terelak dari jangkaun. Pun, tidak terlihat sampah kulitnya di sekitar. Ia hanya tanaman hias.







Kote 
Kote, panganan terbuat dari tepung ketan, diisi dengan serundeng sebagai inti, dimakan dengan menggunakan kuah santan putih. Makanan khas sajian Raja dan Ratu Sanggau di Keratonnya pada persinggahan berikutnya rombongan Danau Sentarum Kapuas River Cruise Adventure setelah dari Sintang. 






Sungkui
Sungkui, nasi lontong yang dibungkus dengan daun "lirik", disajikan oleh Raja dan Ratu di Keraton Sanggau bersama dengan Kote. Jika Kote adalah menu hidangan pembuka, maka Sungkui ini adalah menu utama. Oleh karena itu, Sungkui dimakan dengan lauk-pauk seperti opor ayam dan sayur mayur. Ini mengingatkan pada "Lontong Sayur".






Menyulam Kain Part I
Tahu kami mengamatinya dan mulai mengarahkan lensa kamera, pemuda ini terus menyulam di atas kain panjang berwarna hitam dengan benang silver. Entahlah apakah ia terus menyulam begitu kami pergi?!. Ngedangdut dulu yuk, "...untuk apa sih, benang silver kau sulam di kain yang hitam?!."







Menyulam Kain Part II
Jari jemari tangan kanan-kiri saling bekerjasama, kanan di atas dan kiri (tidak kelihatan) menyambut jarum dan benang di bawah untuk dikembalikan ke atas membuat jalinan benang membentuk pola tertentu. Ya, menyulam!. Seorang perempuan manis berkerudung (lupa warna kerudungnya) sedang menyulam benang silver di atas kain merah yang sudah digambar pola.





Cendol Tepung Ketan
Cendol, Kolak  apa Bubur ya?. Whatever. Yang jelas, ini adalah welcoming beverages yang disajikan untuk kami di Dekranasda Sanggau disela-sela kami melihat-lihat aktifitas menyulam yang ditampilkan dan juga melihat-membeli (ini khusus para turisnya) berbagai produk kerajinan dari bahan rotan, kayu dan tanah. Dan, saya kaplingannya melihat dan interview saja, gak beli-beli. Ibu Bupati Sanggau menyambut kami dengan baik sebagai tuan rumah, selain menjelaskan produk-produk koleksi mereka, ia juga memperkenalkan dengan minuman ini. Rasanya seperti rasa kolak karena disajikan dengan santan kental dan gula merah dengan tambahan sedikit garam. Rasa cendol juga, karna memang cetakannya menggunakan cetakan cendol tapi bahan dasarnya dari tepung beras ketan bukan dari tepung sagu atau kanji yang menjadi bahan dasar cendol (dawet).



Pagoda Vihara Tri Dharma Sukalanting
Pagoda bertingkat lima di depan Klenteng Tua, Vihara Tri Dharma, Sukalantig-Kubu Raya ini jika
Sayang sekali, hanya dapat mengabadikan pagodanya saja, sementara bangunan klentengnya sendiri merupakan salah satu bangungan tua peninggalan bersejarah.














Piring Rotan
Is this what we call back to nature?.















Mi Sagu
Disebut Mi Sagu karena terbuat dari tepung sagu. Disajikan dengan kacang tanah goreng, ikan teri goreng, bawang goreng dan taburan daun bawang dan daun seledri. Jangan lupa kerupuk tempenya ya guys!. Di Pontianak, MI Sagu biasanya dijual di warung juadah bersama dengan ta'jil menjadi menu berbuka puasa di Bulan Ramadhan. Yang ini, ia menjadi sajian makan pagi kami di Vihara Tri Dharma Sukalanting-Kubu Raya saat ngetrip bareng dalam "Danau Sentarum Kapuas River Cruise Adventure 2017".



Lampion Kafe GK - Ngopi Yuuuukk
Kota Pontianak merupakan perhentian terakhir rombongan Danau Sentarum Kapuas River Cruise Adventure 2017. Ini masih dalam momen perayaan Imlek, sehingga kami bisa menyaksikan Kota Pontianak yang masih berdandan. Ya, salah satu asesoris wajib di moment Imlek adalah lampion, dan diantara berbagai macam jenis lampion, yang seperti di gambar ini salah satu yang saya sukai karena modelnya yang sangat sederhana namun elegan.

The hung lanterns - need acceptance of the differ to fly these lanterns where we stand for hopes, not the sole one but the hopes of every human with their own colors. 


Pam atau Emping Ketan Kiriman Emak






Musim Pam Tiba. Musim menandai panen akan tiba. Pam adalah bulir-bulir padi yang masih muda, kulitnya maish berwarna hijau bergradasi kekuningan. Proses pembuatannya lumayan rumit, padi ketan disangrai sampai kering dan beraroma khas, lalu ditumbuk sambil diaduk di dalam lesung dengan sutil atau kayu panjang. Sedikitnya, perlu dua orang dalam proses ini, yakni penumbuk dan tukang aduk. Saat ini, ada juga yang melakukan penggilingan dengan kisar terlebih dahulu setelah disangrai, baru kemudian ditumbuk. Biasanya, proses penumbukan tetap menyisakan padi yang masih utuh (antah) sehingga tetap perlu dipilih dan dipilah atau dipisahkan sebagai tahap akhir proses. Terakhir, ya dimakan. Untuk yang fresh (baru habis ditumbuk), enaknya dimakan “original” tanpa campuran apa-apa, utamanya Pam dari padi ketan yang cukup muda, bentuknya gepeng dengan tekstur lembut  dan aromanya wangi. Pilihan sajian lainnya adalah dengan cara dicampur kelapa muda parut yang dikukus terlebih dahulu (biar tahan lama) dengan tambahan gula merah atau gula pasir. Yummmmy betuuuuul. 

Sudah kebayang khan rumitnya. Ini belum tahapan awalnya, yaitu tentu saja tahapan membuka ladang. Karena, musim Pam ini menjadi bagian penting dalam siklus perladangan, mulai dari membuka lahan, membakar, menugal-menanam sampai panen tiba. Saking rumitnya proses membuat Pam, sering diungkapkan sebuah adagium bahwa seorang anak gadis ataupun anak lelaki belumlah bisa dikatakan dewasa jikalau belum bisa dan mampu menumbuk Pam. Tentu saja itu sangat kontekstual di pedesaan atau kampung yang komunitasnya masih mempertahankan tradisi berladang atau bersawah. Untuk komunitas yang masih berladang sekalipun, musim Pam ini dilewatkan saja (tidak membuat Pam) jika diprediksi hasil pananen tidak surplus ataupun mencukupi. Mereka memilih membiarkan dan menunggu sampai padi ketan matang untuk dipanen dan dijadikan beras.

Tekun itu pantang tertekan, belajar dari propagasi "Peace Lily"

Memahami sebuah proses apalagi menjalaninya memerlukan ketekunan dan kesabaran. Seringnya pada prosesnya, lagi-lagi berproses terkadang penu...