Haiii... Tengah Ruai....
Ini hanya coretan kecil obrolan di Beranda pada Sabtu, 23 Mei 2015. Bersama
dengan dr. Nursyam Ibrahim, aku dan Bennie melewatkan obrolan dengan diselingi
penelepon dari Landak, Bengkayang dan Sambas. Perbincangan ini berakhir dengan
selfie bersama dengan tiga deretan penghargaan untuk RuaiTV dalam ajang KPID
Kalbar Award 2015, mulai dari TV Favorit
Pilihan Pemirsa, Program Wisata Galeri Khatulistiwa episode Wisata Pulau
Lemukutan dan Program Perbatasan (investigasi) episode NKRI Harga Mati.
Tadinya, aku menuliskan komen yang panjang pada posted status-nya Bennie
yang juga men-tag foto selfie kami ke aku (yang sebenarnya di-capture dengan
smartphone-ku). Yah, seperti biasa, aku tergoda untuk menarasikan setiap foto
talkshowku berdasarkan tema karena tanpa itu semua akan terlihat sangat kaku;
dengan orang yang hampir sama setiap saatnya, setting dan desain ruangan studio
yang sama dan juga ekspresi yang juga selalu hampir sama baik duduk maupun
berdiri. Tapi kemudian komentarku hilan begitu saja setelah siap
dipost-entahlah, tapi itu jamak terjadi padaku sehingga aku sering memaki
diriku bahwa se-smart apapu smartphone, jariku yang menulis dengan pena lebih
smart. Dan, ya...jadilah terpikirkan untuk menuliskannya ulang ke dalam blok
meski rasanyapun sudah tidak sama dan sedikit kehilangan momentum. Dan
ta...raaaa...
***
Waspada Penyakit di Musim Pancaroba
Musim pancaroba disebut juga musim peralihan dari musim panas atau kemarau
ke musim hujan atau
sebaliknya. Peralihan musim ini juga dikenal dengan
perubahan iklim yang dalam aspek kesehatan masyarakat sering dikaitkan dengan
tingkat kerentanan manusia terserang oleh penyakit-penyakit pandemik seperti
penyakit dengan vektor (pembawa parasit atau virus penyakit) nyamuk,
diantaranya penyakit Malaria (oleh nyamuk anopeles) dan Demam Berdarah Dengue
(baca: denggi, yang disebabkan nyamuk aedes aegypty). Malaria menjadi penyakit
yang umum terjadi di negara-negara berkembang seperti Indonesia, sehingga
menjadi perhatian dunia dengan menargetkan penurunan kasus malaria atau angka
kematian karena malaria yang menempati peringkat kelima sebagai penyakit yang
mematikan. Millenium Development Goals (Tujuan Pembangunan Milenium) di bidang
kesehatan direspon pemerintah Indonesia dengan target Indonesia bebas Malaria
di tahun 2015. Di Kalimantan Barat, WHO pernah memberikan predikat pulau Malaria kepada dua pulau yaitu Pulau Maya dan Pulau Karimata pada tahun 2012 karena dituding sebagai pulau wisata yang menyebarkan malaria. Namun, tahun 2015, keduanya dinyatakan bebas penularan nyamuk
malaria (http://wartakesehatan.com/47241/dari-predikat-pulau-malaria-who-nyatakan-bebas-malaria-di-2015).
Demikian pula dengan penyakit Demam Berdarah Dengue atau DBD yang memiliki
sikus lima tahun sekali menjadikan beberapa daerah di Indonesia pernah menetapkan
sebagai kejadian luar biasa, termasuk di Kalimantan Barat, dengan kasus DBD
merata (ada kasus di setiap Kabupaten). Menurut data Dinas Kesehatan Kalbar, untuk tahun 2014 saja, tercatat 2546 kasus dengan korban
jiwa/meninggal dunia 42 orang, adapun data tersebut antara lain untuk di
Kota Pontianak sebanyak 186 kasus 2 meninggal, Kabupaten Pontianak 387
kasus 2 meninggal, Landak 36 kasus 1 meninggal, Sambas 227 kasus 5
meninggal, Bengkayang 81 kasus, Sanggau 149 kasus 5 meninggal, Sintang
366 kasus 8 meninggal, Kapuas Hulu 118 kasus 1 meninggal, Ketapang 345
kasus 3 meninggal, Singkawang 228 kasus 5 meninggal, Sekadau 88 kasus 3
meninggal, Melawi 24 kasus 2 meninggal, Kubu Raya 292 kasus 5 meninggal,
Kayong Utara 19 kasus (http://beritakalimantan.co/di-kalbar-42-meninggal-dunia-akibat-dbd/).
Beberapa penyakit lain yang sering mengkhawatirkan berkaitan dengan musim
adalah penyakit yang berhubungan dengan saluran pernafasan atau Infeksi Saluran
Pernafasan Akut dan TBC di musim kemarau. Partikel debu dan abu beserta polutan
lain gampang tersapu dan terbawa angin terbang kemudian dihirup manusia
mengakibatkan persoalan pernafasan. Persis sama ketika orang dengan TBC meludah
atau membuang dahak sembarangan, angin akan dengan sangat cepat membantu
bakteri basil berpindah dan menginfeksi orang lain.
Dari kesemuanya ini, faktor lingkungan dan manusia dalam hal menjaga
keseimbangan begitu penting. Keduanya tidak bisa dilepaskan. Lingkungan yang
sehat dengan campur tangan manusia untuk berprilaku baik dengan memelihara
lingkungan bersih adalah pencegahan penyakit begitu pula dengan penerapan hidup
sehat (makan makanan bergizi dan cuci tangan sebelum makan adalah contoh
sederhana) oleh manusia yang mampu membantu mekanisme kekebalan tubuh agar
tetap stabil menghadapi berbagai macam penyakit.
***
Itu saja ...sepenggal kisah tentang mendadak narsis, dan menakjubkan...jago juga dokter Nursyam ini berpose ketika diajak selfie (lihat ekspresinya acungin jempol dan menyandarkan manja tangannya di plakat penghargaan untuk RuaiTV dari KPID). Kereeen....khan!. Beliau ini sangat sibuk tapi selalu meluangkan waktu berbagi bersama kami di tengah susah cari narasumber dokter yang lain karena sibuk "cari duit terus...", begitu istilah beliau.