Rabu, 24 Januari 2018

Jawak atau Jawawut/Jewawut, Pakan Burung dan Pangan Masyarakat Dataran Tinggi

foto 1: Tangkai Bulir Jawaut di Bekas Ladang (pasca panen padi)

Jawak atau Jawawut adalah salah satu dari sekian banyak sumber pangan alternatif pengganti nasi atau sumber karbohidrat dengan nama ilmiah  Setaria italica. Dalam bahasa Inggris, ia dikenal dengan nama foxtail millet* karena memang bentuk tangkainya menyerupai ekor rubah. Dalam 100 gram biji jawawut terkandung 351 kalori, 11,2 gram protein, 4 gram lemak, 63,2 gram karbohidrat dan 6,7 gram serat mentah (www.healthbenefitstimes.com).

 Di kampungku, tanaman ini sering dijadikan tanaman selingan padi ataupun disebar di sudut dan atau di pinggir/sisi ladang dengan bukaan tidak luas. Proses pengolahan Jawak menjadi panganan sama persis dengan mengolah padi menjadi nasi atau bubur. Hanya saja, umumnya Jawak dibuat dalam bentuk bubur santan manis. Sama persis dengan posisinya di ladang, Orang di kampung lebih sering menjadikannya sebagai makanan selingan, bukan pengganti nasi, Namun, sebetulnya, Jawak bisa dijadikan sebagai pengganti nasi karena teksturnya yang padat ketika sudah dimasak menjadi bubur meskipun biji Jawak ini sangatlah halus sehalus biji selasih. Saya begitu menggemari makanan satu ini. Mengenyangkan dengan sangat mudah. Proses menyajikan Jawak menjadi panganan sering diilustrasikan sebagai kerja keras atau daya juang yang sangat besar. Menumbuk gabah Jawak jauh lebih sulit daripada menumbuk padi. Sampai-sampai proses pada tahapan ini sering digambarkan berpeluh darah saking rumitnya.

Foto 2: Bulir Kecil Jawawut
Foto 3: Bubur Jawawut
Hanya dengan segenggam Jawak yang sudah ditumbuk dan bersih dari kulit (sekam), bisa menyajikan satu panci besar bubur Jawak untuk sekitar 10 orang (tergantung porsi makannya juga sih). Santan dan gula merah menjadi soulmate bubur Jawak.

Siska Tirajoh, pernah menuliskan bahwa tanaman biji-bijian ini berasal dari Papua sehingga ia juga  dikenal sebagai Jawawut Papua (WARTAZOAVol. 25 No. 3 Th. 2015 Hlm. 117-124DOI: http://dx.doi.org/10.14334/wartazoa.v25i3.1156). Di Papua, Jawawut yang tinggi kandungan karbohidratnya ini merupakan pakan unggas pengganti jagung, belum akrab sebagai sumber pangan untuk masyarakat. Sumber lain mengatakan bahwa Jawawut pertama kali dibudidayakan di China oleh Peiligang. Jenis Millet Foxtail ini lazim dalam budaya Yangshao, sekitar tahun 600 SM pada Zaman Besi. Di Eropa, Amerika, Asia dan Australia,  Jawawut atau Jewawut menjadi makanan mewah (https://www.healthbenefitstimes.com/foxtail-millet).

Foxtail-millet-seeds
Foto 4: Biji Jawawut/Jewawut/Foxtail Millet/Milet

Mari menanam Jawak!!!. Mari budayakan "Tak Harus Makan Nasi"

*Menurut wikipedia Bahasa Indonesia, Millet atau Milet merupakan sekelompok serealia yang memiliki bulir berukuran kecil. Pengelompokan ini tidak memiliki dasar botani maupun agronomi.Penyebutan milet adalah semata untuk mengelompokkan berbagai serealia minor (bukan utama)

Credit Photo:
Foto 1,2, dan 3 by Iwi Sartika; foto 4 saya ambil di https://www.healthbenefitstimes.com/foxtail-millet/ 

Baca juga: https://www.healthbenefitstimes.com/foxtail-millet/; WARTAZOAVol. 25 No. 3 Th. 2015 Hlm. 117-124DOI: http://dx.doi.org/10.14334/wartazoa.v25i3.1156

3 komentar:

Tekun itu pantang tertekan, belajar dari propagasi "Peace Lily"

Memahami sebuah proses apalagi menjalaninya memerlukan ketekunan dan kesabaran. Seringnya pada prosesnya, lagi-lagi berproses terkadang penu...