Sabtu, 03 Juni 2017

Catatan yang tertunda: Menembus Subuh di Keraton Kusuma Negara

Foto: Tanto Yakobus
Pukul 03.40. a.m.. saya dan rombongan Danau Sentarum Kapuas River Cruise Adventure 2017 tiba di Keraton Kusuma Negara Bumi Lawang Kuari, Kabupaten Sekadau. Subuh-subuh seakan mendapat tantangan untuk "snacking with no worry" (kayak tagline iklan ya ..). Bagaimana tidak,  dikategorikan snack tapi berat!, lihat saja kotakan itu, isinya tiga macam kue asin-manis, ada kopi (yang ini aromanya betul-betul membuat melek paripurna, he, he...) dan teh di gelas, durian serta langsat. Inilah suguhan dari Keraton Kusuma Negara. Kami disambut oleh pengurus Keraton, Abang Junaedy. Seyogyanya, menu ini kami santap sebagai menu pembuka di sore hari menjelang makan malam di Youth Centre. Akan tetapi, karena keterlambatan, menu pembuka atau pengantar makan malam menjadi menu sarapan pagi yang keawalan.

Berikutnya adalah main course (menu utama) untuk sarapan pagi kami yang keawalan (karena seperti yang saya sampaikan sebelumnya, seharusnya ini makan malam tadi malam) di Betang Youth Centre ditemani sajian musik dan tarian tiga etnis dengan tuan rumah Bupati Sekadau, Rufinus dan Bapak Dandim (namanya saya lupa).

Ya, itu adalah kedatangan yang tertunda di Sekadau, seharusnya kami merpata di Sekadau menjelang senjha. Namun, beberapa faktor seperti starting yang kelamaan karena agenda pelepasan di Lanjak yang begitu padat, debit air sungai Lanjak yang kecil/dangkal membuat kami harus dilansir dengan gandengan motor bandong kecil dan speed menuju motor bandong besar yang akan kami gunakan, ditambah dengan tiga kali kesasar ndi area Danau Sentarum, membuat perjalanan yang semestinya dua jam menjadi  lima jam. Kamipun tidak bisa menikmati sun set di Danau Sentarum karena sudah malam. Kami tiba di motor Bandong besar menjelang tengah malam untuk memulai perjalanan menyusuri Sungai Kapuas, diawali dengan makan malam pertama di Motor Bandong yang sudah disediakan Chef yang sudah terlebih dahulu berada di sana mendahului kami untuk menyiapkan makanan. Ini berdampak terhadap penundaan jadwal berikutnya di Sintang, Sekadau, Sanggau (Tayan) dan Kubu Raya. Di tambah lagi, hujan badai di perjalanan Sintang - Sekadau membuat kami harus merapat ke daratan sekitar 50 menit dikarenakan terbatasnya jarak pandang motoris dan angin yang sangat kencang.

Ya, namanya juga petualangan. Saya tidak mendapati satupun wajah letih para peserta rombongan. Mereka terlihat menikmati perjalanan.

Tekun itu pantang tertekan, belajar dari propagasi "Peace Lily"

Memahami sebuah proses apalagi menjalaninya memerlukan ketekunan dan kesabaran. Seringnya pada prosesnya, lagi-lagi berproses terkadang penu...