Puji Rahayu kami ajak ngobrol seputar pendapatnya tentang bagaimana media, salah satunya televisi memberi ruang seni yang edukatif. Poin menarik darinya adalah bahwa kreasi seni itu bukan hanya sekedar menghasilkan sesuatu u/ bisa dijual tapi bisa menjadi sarana mengangkat budaya dan identitas lokal yg khas dan mestinya anak2 sedini mungkin dikeluarganya diajarkan dan diberi ruang "berseni", misalnya seni rupa untuk memanfaatkan berbagai media di sekitar kita mulai dari barang bekas, kayu, pasir, dan bahkan biji2an di hutan.
Usai obrolan, usai pula sebuah lukisan. Lukisan seorang Perempuan Dayak dengan bulu Burung Ruai di kepala. Sebuah karya yang bermakna "Ruai TV menjadi media mainstream dg spirit lokal secara konsisten, mengedukasi & media bagi berekspresinya seni".Oh ya, kenapa perempuan?. Puji Rahayu menjelaskan bahwa dia memang banyaknya melukis perempuan. Yah, ada orang yang punya fokus pada hal tertentu, orang-orang seperti ini biasanya menginginkan hal yang detil, ia selalu ingin mendalami sesuatu yang "beyond' tidak terlalu mementingkan yang terlihat. Cara berpikir dan mengungkapkan pendapatnya pun sering penuh dengan filosofi.
Sebagai seorang Perupa, Mbak Puji, begitu kami memanggilnya juga mengajar di sebuah Sekolah Dasar di Pontianak. Dari pegetahuannya, ia juga menegaskan bahwa Mulok merupakan salah satu ruang yang diberikan bagi seni untuk berkembang dan mengedukasi anak-anak, meskipun semestinya ini diberikan sedini mungkin, mulai dengan peran orang tua untuk memfasilitasi.
Kembali ke peran media, ia mengungkapkan mimpinya bahwa ke depan wujud apresiasi pemerintah terhadap seni, misalnya seni rupa adalah dengan mengadakan galeri dan museum seni. Namun, khusus di Pontianak, ia juga melihat seni sudah mendapat "tempat" yang baik, misalnya ruang yang diberi oleh media televisi seperti Ruai Televisi. Perkembangan ini terlihat dalam dua tahun terakhir ini.
