Kamis, 04 April 2013

Edisi Ultah Baby A yang Kedua

"Terbanglah, hanya sebatas garis awan mampu kuawasi kepakmu, selebihnya hanya doa yg tak terucap tapi mendaras singkat teratur dalam diam sampai tidur panjang menyadarkanku bahwa saatku tiba".

Main Pasir di Pasir Panjang
Dua baris kalimat ini tertulis di dinding salah satu socmed. yang aku ikuti. Tertujut pada baby A yang pada tanggal 4/4/2013 ini berultah kedua. Berpuisi meski mungkin tak puitis amat. Tapi muatannya adalah harapan dan doaku terhadap the third musketeer ini, bahwa aku hanyalah disebut Ibu karena aku melahirkannya ke dunia, bukan karena akulah si empunya hidupnya. Aku juga akan terus mengingat kata-kataku ini untuk mengajari diriku, bukan hanya padanya tetapi pada kedua orang musketeer lainnya yakni si Abang dan si Kakak. Bahwa, suatu saat mungkin ketika aku sudah semakin lama bersama mereka, melakukan segala sesuatunya untuk mereka, dan menyaksikan mereka beropini atas pilihan-pilihannya, akan ada kemungkinan-kemungkinan lain menyertai seperti aku tidak setuju dan mendikte pilihan mereka atas cita-citanya, idiologi mereka dalam hal apapun, rumah mereka, pakaian mereka, makanan mereka, dan bahkan pasangan/teman hidup mereka. Yang tertulis di atas adalah ungkapan hati dan perasaanku saat ini dan aku berusaha untuk tetap tidak ingkar namun terkontrol dan terkompromikan dalam kondisi tertentu dikemudian hari. 

Seperti biasa, tidak ada pesta, hanya kue dan nasi kuning. Tapi kesederhanaan itu kuyakini memiliki kesan tersendiri meskipun setiap hari aku dan si Daddy membanjirinya dengan cium dan peluk sayang, begitu juga si Abang dan Kakak. Kejadian-kejadian lucu berawal dari tingkahnya. Ketika meniup lilin, mulutnya monyong dan sedikit menghembuskan udara malah lebih banyak liur nyembur, tapi lilinnya tetap mati karena ukurannya kecil, wow ... si Baby A kelihatan senang minta ampun. Tingkah lucu lainnya, ketika Ibu bantu memotong kue, giliran bagi-bagi kue, setiap potongan kue yang dibagikan pasti diicip dulu sama Baby A ... welaaah naak ... disuruh bagiin kue, dia ngirain kuenya buat dia. Yah, namanya juga anak dua tahun. I know you're smart. 

Oh ya, mesti ditulis juga kebiasaan baby A. Dia bukan sekedar senang dengerin musik dan lagu, tapi dia akan langsung menyenandungkannya setelah selesai mendengar. Ucapannya belum sempurna, tetapi ada banyak lagu yang bisa dia senandugkan sesuai dengan tempo dan ketukan yang sesungguhnya. Beberapa kata dalam syair juga mulai terdengar dengan sangat jelas, seperti kata "Naik" dalam lagu Naik-naik ke Puncak Gunung, "Thomas" dalam lagu Opening Film Thomas and His Friends. Beberapa lagu yang ia hafal menyenandugkannya selain dua lagu di atas adalah Baba Black Sheep (gara-gara senang lagu ini, dia kerap dipanggil Baba oleh om dan tantenya), Edelweis, Fly Fly the Butterfly, Kasih Ibu, Balonku Ada Lima, Twinkle Twinkle Little Star, dan ada beberapa lagu lagi yang bahkan aku sendiri tidak ingat. 

Di usia menjelang dua tahun, Baby A terbiasa dengan ritual mengucapkan kata "Good Night", "Have a Nice Dream", dan "I Love You". Tetapi, dimulut mungilnya kata-kata itu berubah ucapan menjadi "Good Nek", "Et Na Cim" dan "Acyu". Kalo bangun pagi ritual "Good Morning" menjadi "Uning, bu". Biasanya dia menyapaku dengan kata itu di saat aku sedang sibuk memasak bekal sekolah si Abang dan Kakak. Jadilah, aku akan stop sejenak untuk membalas sapanya dan menciumnya. Karena jika tidak, dia akan terus berdiri menatapku. 

My Lord, My Almgihty God, sungguh aku bersyukur atas semua yang kautitip padaku. Kemudahan, cinta dan kebijaksanaan akan terus mengalir dari bibirku bukan hanya berwujud harapan tetapi syukurku. Pada keyakinan atas-Mu aku berdiri di titik ini, dan pada keyakinan yang sama aku ingin langkah demi langkahku (bolehlah terhenti sesaat) tertuju hanya pada-Mu. Aku mencintai-Mu, aku mencintai keluargaku. 

Untuk Baby G, terima kasih telah menjadi penghiburku. Kita banyak melewati waktu berdua ketika semua orang di rumah beraktifitas. Tetapi aku merasa tak banyak waktuku yang berkulaitas kuluangkan, bukan hanya untuk bermain denganmu tetapi bahkan sekedar menuliskanmu. Meski sudah hampir setahun lebih aku berhenti bekerja di ruang publik, aku tak cukup pintar membagi waktu untukmu, untuk dua orang kakakmu, untuk kebutuhan "me time" ku dan juga untuk "we time" aku dan si Daddy. Kerapkali aku memarahi kalian sebetulnya hanya karena ketidakmampuanku berada dalam situasi seorang "Ibu Rumah Tangga dan Pekerja Rumahan". Maafkan aku untuk ini. Jikapun ini menjadi salah satu alasanku, sesungguhnya itu juga terjadi pad kedua kakakmu sebelum ada dirimu. Kalau begini, jadinya aku tidak punya alasan yang tepat kecuali harus mengakui aku tidak cukup dewasa dan bijak sebagai Ibumu, Ibu kalian dan mungkin isteri dari Bapak kalian. Tapi yah ... begitulah orang dewasa kerap berlaku terhadap anak-anak: sering menyalahkan, minta dimengerti, menuntut anak lebih dewasa dari umurnya, sampai menginternalisasikan idiologi pribadinya dengan alas membentuk integritas anak - pada apa - pada sesuatu yang orang dewasa sendiri tidak pahami bahkan tidak tahu bagaimana menjalaninya. 

Yah ... kamu akan menjalani proses yang kualami saat ini kelak, nak. Jika saat itu tiba, berlakulah setidaknya lebih bijak dan dewasa sedikit dariku saat ini. Ini untuk kakak-kakakmu juga. 

Selamat Ulang Tahun Sayang - Tuhan akan menjagamu untukku. Aku hanya menjalani apa yang diperkenankan-Nya. Tak lebih. Karenanya jang sembah kakiku, sembahlah Dia. Kita akan terus berjalan beriringan. I love you....






Tekun itu pantang tertekan, belajar dari propagasi "Peace Lily"

Memahami sebuah proses apalagi menjalaninya memerlukan ketekunan dan kesabaran. Seringnya pada prosesnya, lagi-lagi berproses terkadang penu...