Jumat, 19 Oktober 2012

Yang berpulang

Coretan ini masih berkaitan dengan 'mudik' dan 'kehilangan'. Tema ini memang harus dipelajari keluargaku akhir-akhir ini. Di hari menjelang kami take off Pnk-Jkt-Sby, aku sempatkan diri posting tentang kerinduanku setelah kepergian Bapak di tanggal dan bulan yang sama pada hari kami berangkat. Jeda sekian lama bergumul dengan 'ground' ini membuatku agak lama menuangkan yang ada dihati dan pikiranku.

Liburan itu, dibulan ramadhan sampai idul fitri - pertama kali di rumah Mbak - berlalu sudah sekitar dua Minggu. Barang bagasi belum semua tersusun ke tempat semula di rumah, kami menerima kabar Adi berpulang. Innalillahi wa innalillahi Rojiun. Ya, yang berasal dari tanah, akhirnya akan kembali ke tanah. Kita semua akan ke sana. Seperti biasa, peristiwa serupa selalu menggetarkan jantungku, apalagi dia adalah adik iparku. Sebelumnya, masih belum begitu hilang raut sendu dan ngiang tangis ibu-anak yang suami-bapaknya berpulang, seorang teman seperjuangan, Bang Alloy dengan tiba-tiba sekali rasanya. Penyakit yang sama dengan Adi, soal di jantung. Kepergian ini juga selang beberapa hari aku mendapat kabar berpulangnya Abang seorang teman dan juga seorang aktivis handal dari Palu (aku kenal tapi tidak dekat, dan siapa sih yang tidak kenal dia di dunia NGO, dan terutama dia sahabat baik hubby).

Ya, itu bukan kuasa manusia, tapi milik-Nya. Itu saja kata-kata yang selalu kuucap. Selamat berpulang kepada yang telah mendahului berpulang. Kelak, kita semua menuju ke sana. Syukur atas kenangan yang tinggal dan boleh dikenang.

Tekun itu pantang tertekan, belajar dari propagasi "Peace Lily"

Memahami sebuah proses apalagi menjalaninya memerlukan ketekunan dan kesabaran. Seringnya pada prosesnya, lagi-lagi berproses terkadang penu...